Ketika Napi Pimpin PSSI

Diposting oleh Arsyad Salam | Jumat, Februari 08, 2008 | | 3 komentar »


Kondisi sepakbola tanah air bikin kita geleng-geleng kepala. Dengan prestasi yang terus jeblok di tambah ulah suporter yang juga memalukan, maka lengkaplah ’prestasi’ buruk sepakbola kita.

Dua hari lalu, seorang suporter Jakmania tewas setelah rusuh usai pertandingan bola di Gelora Bung Karno. Saat diwawancara sebuah TV Swasta, koordinator Jakmania mengatakan kematian itu adalah hal yang wajar didunia sepakbola. Di Inggris katanya pula kematian suporter fanatik dianggap hal yang lumrah.

Menurut saya komentar seperti ini menunjukkan bahwa koordinator Jakmania itu mungkin adalah manusia paling goblok sejagat. Kematian dianggap wajar? Logika apa yang dipakainya? Kematian itu adalah cermin kekerdilan kita dalam sport khususnya dalam sepakbola. Carut marut sepakbola kita memang lantaran banyak hal di antaranya mental pengurus, pemerintah dan suporter. Maka dunia sepakbola kita identik dengan kriminal, rusuh dan praktek-praktek yang tak masuk akal.

Dengan dipimpin seorang kriminal sekaliber Nurdin Halid, gimana PSSI mau maju. Kalau suporter jadi kriminal itu karena sang ketuanya adalah penjahat kelas kakap.

Kita juga heran kok orang mau saja dipimpin dari jeruji besi seperti itu. Dengan kata lain selama PSSI masih dipimpin oleh kriminal jangan mimpi prestasi sepakbola kita akan berubah. Yakinlah..

3 komentar

  1. Anonim // 9 Februari 2008 pukul 05.57  

    ketika napi memimpin PSSI, yang terjadi adalah kerusuhan antar suporter. Yah kalo pemimpinnya aja kriminil gimana yang dibawahnya hehehe... tapi ga semua sie, masih ada kok suporter yang punya etika ketika menyaksikan pertandingan sepak bola

  2. Anonim // 10 Februari 2008 pukul 13.05  

    Beginilah akhirnya wajah persepakbolaan Indonesia. Masa iya ada kompetisi yg panjangnya 12 bulan tepat dan finalnya dilaksanakan tanpa penonton? What a crazy league! Anyway, thanks ya udah mampir. SEbagai ungkapan terima kasih, blog ini sudah aku link lho.

    Salam,

  3. Anonim // 12 Februari 2008 pukul 08.20  

    Lha yang heran, PSSI aja tidak takut sama FIFA..!!! Dengan alasan, kita sudah jelaskan masalahnya ke federasi sepakbola Asia. Oh, betapa keras kepalanya orang2 PSSI. Kalau saya jadi pengurus PSSI, masyarakat Indonesia akan lebih tertarik pada sepakbola daripada ngributin pilkada!