Birokrasi Tak Mati-Mati

Diposting oleh Arsyad Salam | Senin, Januari 28, 2008 | | 0 komentar »


Birokrasi memang kadang menjengkelkan, penuh tetek bengek dan formalitas. Gambaran itu tidak terlalu meleset bila kita pernah mengalami sendiri bagaimana kerumitan dan tetek-bengek itu terjadi. Silahkan mengurus KTP, IMB, SITU, proses termen di PKPN dan mengikuti lelang proyek. Di sana akan terbuka dengan jelas bagaimana birokrasi sesungguhnya terjadi dan berjalan : banyak meja yang harus dilewati, banyak paraf dan tanda tangan yang harus dibubuhkan di atas selembar kertas. Untuk satu blanko permohonan saja puluhan tanda tangan dan cap harus tertera di sana. Kadang susah membedakan lagi jabatan dan tanda tangan siapa dia gerangan.

Banyak orang mendongkol karena itu. Apalagi bila setiap meja yang dilalui identik dengan ‘amplop’ yang mesti disediakan. Banyak yang mengutuk birokrasi karena kerumitan dan biayanya itu. Birokrasi memang tak mati-mati meskipun dikutuk dan dimaki. Mungkin karena soalnya sederhana saja : kita memang memerlukannya. Birokrasilah yang menentukan surat nikah kita, mendata tempat tanggal lahir dan profesi kita, izin bangunan kita, izin usaha kita dan ijazah kita. Sebenarnya bukan hanya kita yang merasa dongkol dengan birokrasi. Jauh-jauh hari Blau sudah mengatakan bahwa birokrasi dalam istilah sehari-hari identik dengan ketidak efisienan.

Blau adalah Peter M Blau, seorang professor Sosiologi Birokrasi di Universitas Chicago Amerika Serikat. Melalui buku yang disusun tahun 1956 bersama Marshall W Meyer dan sudah menjadi klasik, Bureaucracy in Modern Society dia memaparkan secara gamblang dalam bahasa sederhana disertai contoh-contoh yang tepat. Informasi yang kita butuhkan tulis Blau, tak juga kita peroleh meskipun telah diping-pong dari meja seorang petugas ke meja petugas lain. Atau enam lembar formulir yang baru saja kita isi dikembalikan lagi oleh petugas hanya karena kita lupa mencoret huruf t atau lupa memberi titik pada huruf i. Atau surat-surat lamaran kita ditolak hanya karena kesalahan-kesalahan yang sifatnya teknis. Pada saat itulah kita akan teringat betapa rumitnya birokrasi.

“Selain identik dengan ketidak efisienan, birokrasi dapat diartikan pula sebagai efisiensi yang ketat dan penyebab terjadinya kesengsaraan di muka bumi sekarang ini” tulis Blau dengan sedikit sarkasme. Dalam skala besar, ia bahkan dapat digunakan sebagai suatu alat yang efektif untuk membantu kelompok-kelompok kuat mendominasi kelompok yang lain. Pada akhirnya dengan kebesarannya seperti itu menjadikannya lembaga yang sangat berkuasa yang mempunyai kemampuan sangat besar untuk berbuat kebaikan dan keburukan !

Kebaikan, keburukan dan tanda seru. Peter M Blau memang awas dan waspada. Jauh sebelumnya dia sudah dapat meramalkan bahwa di suatu hari nanti birokrasi pasti akan berlaku buruk.

Kita pun teringat pada sekumpulan orang-orang bersafari yang gagah yang tidak terlalu makmur namun tak cukup menderita karena gajinya selalu disubsidi oleh negara. Pada saat tertentu mereka juga diberi fasilitas lebih, perlakuan lebih dan kelebihan-kelebihan lainnya. Barisan aparat birokrat yang dikenal dengan nama pegawai itu di tanah air kita beberapa waktu silam pernah digerakkan dan digunakan untuk kepentingan yang berkuasa. Mereka dipakai untuk mencapai kuota, target dan porsentase tertentu. Dengan menggunakan bahasa dinas yang standar dan sudah terpola mereka menginvasi segala bidang mulai dari pelabuhan, terminal dan pasar tak ada yang luput dari jangkauannya. Sedihnya perilaku mereka kadang sudah di luar nilai kelayakan sebagai aparatur negara, yang secara ekonomi tidak punya nilai tambah apapun. Ramalan Peter M Blau akhirnya mendapat pembenaran.

Padahal kata Blau, birokrasi tidak dimaksudkan berlaku demikian. Ia dirancang karena pertimbangan praktis semata yakni untuk menangani tugas-tugas administratif dalam skala besar serta mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara sistematis. Kata kunci dalam kalimat itu adalah sistematis. Sistematis, itulah yang tidak atau sekurangnya belum kita lihat di sini.

Jauh sebelum Blau ada Max Weber yang hidup antara 1864-1920. Ahli sosiologi sejarah berkebangsaan Jerman dan pelopor tiga tipe otoritas ini memandang birokrasi sebagai unsur utama dalam rasionalisasi dunia moderen. Dengan bahasa ilmuwan yang dikenal kering, Weber menulis bahwa birokrasi rasional pasti akan bertambah penting seiring dengan perkembangan zaman. Dengan begitu kata Weber birokratisasi merupakan proses yang tidak dapat dihindari.

Namun dalam proses rasionalisasi itu kata Weber pula, birokrasi cenderung berimplikasi pada pemisahan orang-orang dari sarana-sarana produksi dan pertumbuhan umum ke arah formalisme dalam organisasi. Terus terang saya tidak terlalu mengerti dengan kalimat ini, karena memang begitulah bahasa Weber, yang sekali lagi dikenal kering dan sulit dipahami, khususnya bagi mereka yang bukan ilmuwan. Saya mengutip dari bukunya Gezag en Bureaucratie Mungkin kalimat itu ditulis Weber untuk menyanggah teori Karl Marx dengan asas kolektifisme sosial komunis, yang memang terkenal dengan birokrasinya yang besar. Keduanya memang hidup dalam satu zaman dimana peran birokrasi mulai beranjak menjadi superior. Apa boleh buat, birokrasi dengan segala kerumitan dan biayanya itu rupanya memang tak bisa mati.(**)

0 komentar